Facebook
RSS

Khitanan dan Ketangguhan

-
Anonim


Liburan ini adikku khitan. Saya sangat senang dan bangga. Dia tak menangis apalagi mengerang. Memang betul kata nenek saya, kalau memang anaknya sudah siap, walaupun sakit, tetap dia akan berusaha menahan – walaupun saya tau sakitnya tak tertahankan.


Sebenarnya saya juga merasa bersalah, karena pelaksanaannya sangat-sangat mendadak, dan mengagetkan. Nenek saya berencana akan mengkhitan adik saya di Salatiga, sedangkan adik saya sedang berada di Sukoharjo. Sewaktu nenek saya menawarkan pada saya, saya langsung bilang iya. Beberapa menit kemudian, nenek melingkari angka-angka pada kalender. Beliau terlihat sangat bersemangat. Saya tidak ingat kalau hari Rabu, Om saya yang nanti akan mengkhitan, akan pindah praktek ke Ngablak. Walah, jadi harus sebelum hari itu??? Mau tak mau, adik saya Senin malam harus sampai di Salatiga. Ibu saya di Sukoharjo juga sepertinya tak masalah. Sip, Senin sore setelah SerDos, saya berangkat. 


Saya sampai di sana sudah sangat sore. Tapi kami sempat mengobrol sebentar.  Ibu saya sudah menyiapkan makan dan perlengkapan tidur. “Hem, Buk kula mboten nginep”. Ibu saya kaget, “Lha nopo?”. Saya bilang, Zaki akan disunat besok. Adik saya yang asik main game sontak berteriak, “BESOK??!!!!”. Hah.... rasanya saya sudah berbuat dholim kepadanya, padahal yang akan dikhitan adalah dia, yang akan dipotong itu adalah burung dia, tapi saya seenaknya memutuskan. ”Ngapuromu Le...”


Yah, karena memang sudah ingin tadi kawan, dia tak masalah, hanya sedikit kaget. Tapi ada lagi yang membuat saya bertambah merasa bersalah. Ternyata besok pagi ibu saya ada urusan penting, yang membuat beliau memutuskan untuk tidak ikut saja ke Salatiga. Saya paling tidak bisa memaksa ibu. Saya tanya Zaki, katanya dia juga tidak apa-apa jika ibu tak dapat mendampinginya... ”Ono Mbak Vina kok yo Le...” Saya sesak karena tak tega.


Kami sampai di Salatiga malam hari. Dan paginya kami semua bersiap. Adik saya pun dikhitan. Sebelumnya mungkin dia biasa saja, tapi setelah merasakan sakit, saya yakin Zaki juga sedih karena ibu tak di sampingnya. Ya, khitan itu momen penting sekali seumur hidup...


Itu pelajaran bagi saya. Keputusan itu saya pertimbangkan dengan tidak matang dengan banyak pihak. Buah simalakama. 


Terlepas dari rasa sesal, saya tetap merasa bersyukur dan lega, akhinya adik saya khitan. Khitan merupakan gerbang menuju kedewasaan bagi anak laki-laki. Sebentar lagi juga dia masuk SMP. Atas pengalaman ini saya tau dia adalah anak yang tabah dan....tangguh. Saya sangat bangga memiliki adik sepertinya. Selain cerdas, dia juga banyak memaklumi saya, sebagai kakak yang jauh dari sempurna. Tak pernah mengeluh pada keterbatasan. Jika mengingatnya, semangat keduniawian saya naik sampai ke ubun-ubun. Saya menaruh harapan besar padanya. Mudah-mudahan adik saya semakin dewasa dan mandiri...



__saat dia terlelap

7 Responses so far.

  1. Wah mbak yang baik. Hayo adiknya dirawat yang baik lho ya..

  2. Anonim says:

    Sip... sip...^^

    Katanya mau follow...(-_-)

  3. Makasih Info bagus menarik bermanfaat, moga sukses selalu
    Vimax Canada
    Vimax Canada Asli

  4. EZSLOT99 says:

    Hai terimakasih untuk blog Anda, sangat menyenangkan kunjungi kembali situs saya di https://bit.ly/3s1JaDX and https://pencetterus.online/ and https://linktr.ee/ezslot99

  5. join sekarang juga bersama bonanza138 dan jangan lupa untuk claim bonus freebet 50k

  6. Admin says:

    Acara Khitanan akan menjadi menyenangkan jika tamu undangan diberikan , dari souvenir desain tema anak anak
    https://mugjakarta.net

Leave a Reply